Oleh : Dea Safira (IAP 2017)
Mereka setitik cahaya dalam kegelapan
Sinar yang terus menerang bahkan tak peduli akhir keredupan
Mereka setetes embun di padang gersang
Menetes dari dedaunan tak peduli sang surya yang garang
Mereka penuntun dari ketidaktahuan
Bukan berpangkat bahkan berpendidikan namun mereka wadah pertama coretan kehidupan
Mereka penghangat dalam kesejukan
Yang akan terus seperti itu bahkan jika mereka mati dalam kedinginan
Mereka, sepasang manusia pemacu semangat hidupku
Mereka, yang tetap menggenggamku
Tak peduli dengan setiap kegagalan, kekalahan, dan kelemahanku.
Merekalah syurgaku
Syurga yang kadang aku abaikan
Syurga yang kadang tak ku hiraukan
Ohh... Ayah Ibu
Betapa durhakanya aku
Kulupakan setiap tetes keringat, airmata bahkan darah yang telah kalian korbankan
Kalian bahkan berani melepas burung tersayang yang sudah tersangkar lama
Agar sang burung bebas menemukan jati dirinya
Tak menghiraukan betapa khawatirnya kalian
Sang burung tetap terbang tak kenal pulang
Dari kejauhan ini yang tersisa hanyalah rintihan
Memori penyesalan mulai bertabrakan
Teringat setiap perbuatan
Masih pantaskan syurga itu untukku?
No comments:
Post a Comment
BUDAYAKANLAH UNTUK MENULIS KOMENTAR