INSPIRASI HIJRAH
(Ketika Salah Mencinta)
Oleh: Elsya
Yulistika
“Ada
kalanya kau merasa jenuh menjalani hidup. Ada kalanya keinginan tidak sesuai
dengan kenyataan. Ada kalanya kau tidak sanggup menerima semua ujian. Namun,
kau harus tau bahwa hidup adalah proses. Agar kau memahami bahwa sesungguhnya
bukan hidup apabila tanpa ujian. Bukan hidup apabila tanpa di temani suka dan
duka. Jadilah hati yang lembut tapi tangguh. Hati yang senantiasa mengingat
Allah. Agar kau tau bagaimana cara menikmati hidup dengan bersabar dan
bersyukur.”
Sorotan mata bak embun
di pagi hari pun menatap wajah ini lekat-lekat. Ketika aku mencoba untuk
berpaling pun terasa sulit. Terasa mata itu menahan penuh dengan kehangatan.
Namun apalah daya sepasang kekasih yang telah menjalin hubungan selama enam
bulan ini. Suka dan duka dilalui bersama, namun kebersamaan ini harus segera di
Ikhlaskan. Aku dan Ridho akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang
berbeda. Bukan hanya berbeda fakultas, bahkan berbeda kota. Jarak lah yang akan
memisahkan hubungan ini. Ketika Ridho memutuskan ku, aku mengelak dan mencari
solusi. LDR aku tawarkan untuk hubungan kami, dan ridho menyetujuinnya.
Kini
ridho melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Institut Seni Indonesia (ISI)
di Yogyakarta dan aku melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Universitas
Padjadjaran (UNPAD) di Bandung. Lima bulan telah berlalu, ridho yang biasanya
menjemput ku dirumah untuk melihat indahnya kota Bandung. Kini hanya menelepon
ku sampai aku terlelap oleh malam. Ketika senja menyapa, aku menyambutnya penuh
gembira. Karena aku ingat bahwa satu minggu lagi adalah aniversarry ke-1 tahun
hubungan kami. Aku ingin memberikan kejutan untuk ridho. Aku akan menemuinya,
berangkat ke Yogyakarta adalah keinginanku. Namun, rencana ini tak berjalan
sesuai dengan keinginan. Tanpa sengaja aku mendapat kabar dari teman ku, ia
satu Universitas bersama ridho. Dan kabar yang aku terima adalah ridho
selingkuh. Ternyata tanpa aku ketahui, ridho menjalin hubungan dengan seseorang
di sana. Aku melihat banyak foto-foto yang dikirim oleh teman ku tersebut.
Disaat itu foto yang aku genggam itu jatuh bersama air mata yang mungkin tak
dapat terbendung lagi. Hari itu adalah hari yang paling menyayat yang pernah
aku alami. Selama ini aku rela meluangkan waktu untuknya. Bahkan, hati ini pun
rela memohon untuk tetap bersama walau harus menjalin hubungan jarak jauh. Hati
ini pun berharap akan selalu bersama meskipun jarak memisahkan. Namun hati
lelaki yang aku kira akan setia, tega untuk menghancurkan kepercayaan ini.
Setelah kejadian ini, aku menghubunginya dan memutuskan hubungan dengannya. Dan
ku hapus semua pertemanan di sosial media, bahkan nomor handphone pun tak lagi
ku simpan. Agar aku tak mengingatnya dan tak berusaha untuk kembali bersamanya.
Kejadian
itu membuat aku benar-benar terpuruk. Berangkat kuliah pun dengan wajah kusut
dan mata seperti di gigit lebah. Bengkak tak menentu akibat air yang tumpah tak
terbendung. Hari ini aku pulang kuliah dengan berjalan kaki, karena mobil ku
sedang di service.
“Tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttttttt Tiiiiiiiiiiiiiiit” Bunyi klakson mobil
dari arah belakang dan “Bruuukk”, badan ku terhempas kesamping dan tergeletak
di atas tanah yang di tumbui rerumputan hijau. Saat itu, terlihat olehku sosok
satu orang ibu-ibu dan satu orang lelaki sebayaku yang berjanggut tipis. Dan
kemudian aku tak sadarkan diri.
Di
rumah sakit...
Pelan-pelan
kelopak mata ini terbuka. Pusing di kepala pun berangsur-angsur hilang. Mata
yang kini terbuka berangsur-angsur jelas untuk melihat di sekilingku. Tampak
olehku, seorang wanita cantik dan berhijab sempurna menemaniku. “Hai, kamu
sudah sadar ?”, kata nya. Aku menjawab iya, dan bertanya siapa dirinya.
“Perkenalkan, namaku Marwah”, katanya lagi. Kemudian dia menjelaskan kejadian
yang menimpaku tadi. Dan ternyata, marwah adalah seniorku di kampus, ia satu
tahun lebih tua dariku. Dia pernah melihatku di kampus, sehingga dia segera
menolongku tadi. Dia tak memberi tahuku dengan siapa dia menolongku. Aku sempat
bingung, karena sebelum tadi aku pingsan, aku melihat siapa yang menabrakku.
Dan setelah sadar, bukan orang yang kulihat tadi yang berada disini. Aaahh
sudahlah, yang penting aku tak apa-apa.
Keesokkan
harinya
Badan ini pun sehat kembali.
Seperti biasanya aku menjalani hari-hariku dengan penuh aktvitas. Sampai pada
di suatu kegiatan di kampus, aku bertemu dengan wanita cantik dan berhijab
sempurna, Marwah seniorku. Pada hari itu, lagi-lagi ia menolong ku dari
gangguan teman laki-laki sekelasku yang sedang menggoda ku. Saat itu aku
berpakaian yang agak terbuka, dengan mengenakan rok pink selutut, baju lengan
panjang, dan sepatu boot. Kak Marwah mengajak ku ke suatu tempat yang sangat
membuatku minder. Disana, aku duduk disebelahnya untuk mendengarkan kajian
tentang “Hijrahku Untukku, Untukmu, dan
UntukNya”. Aku sangat malu dengan penampilanku sendiri, karena disana aku
berada diantara-antara wanita yang hampir 100% berhijab syar’i sempurna. Banyak
hal-hal baru yang aku dapatkan disana. Dan selama ini aku telah salah
melangkah. Diri ini serasa di tampar keras, ketika ustadzah itu menanyakan
siapa yang pernah menjalin hubungan tak jelas (berpacaran). Dan jelas-jelas,
pacaran itu di larang karena hal itu adalah salah satu perilaku yang
mendekatkan diri pada zina. Bagaimana jika nanti telah bersuami, sangat kasihan
bila diri ini telah ternoda. Dan padahal pacar itu belum tentu akan menjadi
suami nantinya. Selain itu, aku baru menyadari bahwa wanita itu diwajibkan
untuk berhijab seperti yang terdapat di dalam QS. Al-Ahzab:59 , “Wahai Nabi
katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang
mukmin, “hendaklah mereka menutupnya jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang
demikian itu agar mereka lebih muda untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
Kini
aku sadar selama ini aku salah mencinta. Tak seharusnya, aku mencintai lelaki
yang belum sah menjadi suamiku. Pacaran bertahun-tahun dengannya, kini berakhir
dengan luka. Yang sepertinya setia, kini telah khianat. Dan mulai sekarang, aku
hanya ingin mencintai Nya. Tak ingin lagi menjalin hubungan tak jelas. Karena
aku yakin, dengan mencintai Nya tidak akan membuang waktu sia-sia.
Setelah
satu tahun aku berhijrah, kini aku semakin merasa bahwa sibukku adalah yang
bermanfaat. Bukan seperti dulu yang sibuk namun tak menentu. Aku habiskan waktu
dengan selalu memperbaiki diri, memperbanyak sholat sunah dan tilawah. Berusaha
menghafalkan ayat suci Al-Qur’an meskipun dengan perlahan. Namun aku yakin,
semuanya akan berkah.
“Kriiingg
kriing kriing...” nomor tanpa nama menghubungi handphone ku. Setelah kuangkat
dan mulai perbincangan. Tanpa disadari mata ini membendung air. Hati ini terasa
perih sebab luka ini terbuka kembali. Ridho menghubungi ku dan memohon untuk
menjalin hubungan dengan ku lagi. Namun aku tak bisa, karena aku yang sekarang
berbeda dengan yang dulu yang tak memahami betul perintah Allah. Kini aku
sedikit banyak telah mengetahuinya.
Tak
seperti malam-malam biasanya. Aku tak bisa tidur lelap. Dan aku memutuskan untuk
bersegera mengambil wudhu di luar. Kini aku telah berada pada sujud ku, dimana
hati ku terasa sedang berdua-dua an dengan Sang Maha Pencipta. Ia menenangkan
hati yang gundah ini. Setelah itu ku lantunkan surat Cinta Nya dengan nada
lembut dan perlahan.
Keesokkan harinya
Aku bermimpi bahwa ada
seseorang laki-laki beserta keluarganya yang datang kerumah ku. Ketika aku
membuka pintu rumah, aku langsung terbangun dari alam mimpiku. Tampak jelas
wajahnya, dan sepertinya aku pernah melihat ia sebelumnya.
Pagi harinya, kak
Marwah mengajakku ke suatu tempat. Di suatu taman yang di depannya ada danau
yang airnya tergenang tenang. Semenjak aku hijrah, kak Marwah lah yang
membimbing ku, mendengarkan segala keluhanku, dan segaalanya. Aku telah belajar
banyak dari beliau. Dan kini, ketika umur ku menginjak 22 tahun. Kak Marwah
menanyakan ku apakah siap menikah. Aku sangat kaget , namun sempat menduga
bahwa aku akan di jodohkannya. Saat itu aku hanya menjawab, InsyaAllah jika ada
yang menemui kedua orang tuaku dan melamar ku.
Satu minggu kemudian,
mimpi yang beberapa hari lalu pun terjawab. Kak Marwah dan kedua orang tuanya
datang kerumah ku, mereka mengantarkan seorang laki-laki yang bernama Ikhwan.
Dan ternyata Ikhwan lah yang hadir didalam mimpi ku waktu itu. Lebih mengejutkannya,
ternyata ia lah yang menabrak ku waktu itu. Namun, saat itu ia terburu-buru
harus ke Yogyakarta untuk menyelesaikan skripsinya. Sehingga, ia minta tolong
kepada kakak nya Marwah yang mengantarkan ku kerumah sakit.
Semenjak kejadian itu,
Ikhwan merasakan hal yang berbeda. Namun rasa itu dengan cepat di tepisnya,
karena saat itu belum siap untuk menikah. Kini, tibalah saatnya Ikhwan
melamarnya, dan kedua orang tua kami merestui.
Dua minggu yang akan
datang, akad nikah akan dilaksanakan. Dengan mas kawin seperangkat alat sholat
dan hafalan Qur’an Surah Ar-Rahman: 1-78.
Hati ini merasa
bahagia, bahwa Allah sangat menyayangi. Ternyata benar, bahwa jodoh itu tidak
harus di cari dengan pacaran. Namun, dengan terus memperbaiki, dan melakukan
hal-hal yang bermanfaat tanpa memikirkan hal-hal yang tidak penting.
Biodata Penulis
Nama :
Elsya Yulistika
Tempat, tanggal lahir : Pontianak, 19 Juli 1996
No hp :
089611079063
PT/ Fak/ Prodi / Angk : Untan/ Fisip/
Administrasi perkantoran/ 2014
No comments:
Post a Comment
BUDAYAKANLAH UNTUK MENULIS KOMENTAR