ABOUT ISLAM

MUSLIMAH

FILM ISLAMI



Bagaimana caranya dalam mengatur alur dan sistem pengkaderan dakwah kampus yang baik?

Jawab:

Organisasi atau lembaga dakwah yang baik adalah lembaga yang dapat pula mengatur alur dan sistem kaderisasi. Banyak kader-kader dakwah di berbagai lembaga dakwah pasca telah melewati tingkat satu dan dua mereka senantiasa bingung dan tidak mendapatkan keilmuwan atau tsaqofah lagi dari lembaga tempat di mana ia berdakwah.

Maka perlu adanya penyusunan dalam persiapan alur kaderisasi yang baik. Ini dilakukan agar nantinya kita dapat menghasilkan kader-kader dakwah yangtealh matang dalam melakukan manajemen, skill dan tsaqofah. Sehingga menurut hemat saya, saya akan membagi beberapa tingkatan dalam alur kaderisasi dakwah kampus yang bersiklus 4 tahun seseorang dapat berada dan meniti karir di dalam dakwah kampus.

1. Tingkat Satu ( Pemagangan)

Karena ini sifatnya akan mengena kepada mereka yang berinisial mahasiswa baru, maka untuk menyiapkan diri menjalani sebuah kepengurusan mereka harus terlebih dahulu dimagangkan di perbagai divisi yang ada di lembaga dakwah. Mereka bertugas dalam tataran teknis di lapangan, diberikan job-job yang diperuntukan agar mereka aktif dalam mengelola kelembagaan yang ada. Bisa juga mereka menjadi staff –staff kepanitian incidental.

Dalam tahapan ini tsaqofah mereka yang dapatkan bersifat dasar. Semisal terkait apa itu Aqidah Islam, apa itu Sistem pergaulan dalam islam, apa itu syariat, Qodho dan Qodar, Kewajiban berdakwah, Problematika Ummat dan lain-lain.

2. Tingkat dua (Low Level)

Nah, setelah diangkat menjadi pengurus pengelolaan lembaga sudah mereka pahami karena sudah mengerti alur kerja yang di buat dalam kelembagaan. Di sini sifatnya mereka masih menjadi staff, dan memberikan bantuan pengarahan kepada panitia incidental. Mereka juga dapat menambahkan skill dalam kepanitiaan-kepanitiaan yang disiapkan jauh-jauh hari.

Dalam tahapan ini tsaqofah mereka yang dapatkan tealh meningkat. Bisa membahas tentang politik islam mengenai sistem pemerintahannya, Pendidikan Islam, Ekonomi Islam bisa membahas terkait tentang saham, bunga bank, perbankan.

3. Tingkat tiga (middle Level)

Di tahun ke dua kepengurusan secara resmi, mereka mulai beranjak sebagai pimpinan divisi-divisi (direktorat) yang berada di bawah departemen. Di sini mereka menjadi kaki tangan untuk menghubungkan dan mengkoordinasikan program kerja dengan staff dan kepala departemen nantinya. Mereka pun boleh menjadi pemimpin proyek-proyek kelembagaan. Mereka pun juga patut ditempatkan sebagai pengarah bagi teamn-teman pengurus yang sedang melakukan kegiatan yang terencana.

Dalam tahapan ini tsaqofah yang mereka dapatkan sudah meningkat dari sebelumnya. Bisa jadi pembahasannya seputar tentang Sistem Hukum, Sistem Peradilan, terkait tentang pembahasan Aqidah namun secara mendalam.

4. Tingkat Empat (Top Level)

Tahun terkahir kepengurusan mereka, maka mereka ditempatkan sebagai ketua-ketua departemen atau pun ketua lembaga. Mereka pun yang bertanggung jawab atas proyek, kepanitiaan baik itu terencana atau insidental. Berperan juga untuk membuat program kerja dan menjalankannya. Tingkat ini pula yang akan menjadi juru bicara kelembagaan, karena dinilai sudah mengerti tata cara pengelolaan lembaga dan tsaqofah yang di emban sudah mulai naik.

Dalam tahapan ini tsaqofah mereka yang dapatkan dapat berupa Pembahasan Ushul Fiqih, Tafsir-tafsir, Shakshiyyah Islamiyyah, dan berbagai pendalaman bidang keilmuwan islam.

Sementara mereka yang telah melewati 4 tahapan ini adalah mereka yang disebut alumni lembaga dakwah. Tugasnya tidak lain untuk mengkomunikasikan dengan parap engurus, menjadi penasihat serta memberikan sumbang saran dan sebagai fungsi pengawas kelembagaan bila dikhawatirkan lembaga dakwah yang ditinggalkan melakukan pelanggaran nilai terhadap hukum-hukum syara.


(Oleh Rizqi Awal, BKLDK Jawab Barat, picteam.training@gmail.com )
_________________________________________________________
baca juga artikel :

  1. Paradigma Cinta dan Kasih di dalam Kapitalisme
  2. Saat Iblis membentangkan sajadah
  3. Fenomena Facebook (Rugi Jika Tak Baca)
  4. Ukhti fillah, masihkah kau tidak ingin berjilbab?

No comments:

Post a Comment

BUDAYAKANLAH UNTUK MENULIS KOMENTAR