Wujud Tuhan yang mutlak dan dirasakan oleh jiwa manusia, serta keyakinan akan adanya hukum-hukum alam yang ditetapkan- Nya, tidak boleh mengantar manusia mengabaikan doa. Karena, keberlakuan hukum- hukum itu tidak mengakibatkan terbebasnya Tuhan dari perbuatan dan kebijaksanaan-Nya. Apakah Anda menduga Allah seperti pabrik yang memproduksi "jam" kemudian membiarkannya berjalan secara otomatis di tangan Anda? Jangan menduga demikian! Ada sunnatullah (hukum-hukum Allah) yang mengatur alam raya, dan ada pula ’inayatullah atau
pertolongan-Nya. Dan itu ditujukan kepada mereka yang benar-benar berdoa kepada-Nya.
"Keliru," tulis Oliver Lodge, seorang ahli ilmu alam, "mereka yang menduga bahwa shalat atau doa berada di luar fenomena alam ini. Kita harus memperhitungkannya, seperti memperhitungkan penyebab peristiwa lain yang terjadi dalam kehidupan manusia. Kalau doa dinilai sebagai salah satu sarana pendidikan kejiwaan, maka mengapa orang yang menentangnya tidak menduga bahwa ia pun dapat merupakan sebab untuk terjadinya beberapa kejadian, sebagaimana sebab yang lain?"
Manusia, lebih-lebih para ilmuwan, membutuhkan kepastian tentang tata kerja alam ini demi pengembangan ilmu dan penerapannya. Kepastian ini tidak dapat diperoleh kecuali dengan keyakinan tentang wujud Pengendali dan Penguasa Tunggal Yang Maha Esa lagi Mahakuasa, yaitu Allah Swt.
Doa menggambarkan pemahaman seseorang menyangkut tata kerja alam raya ini, yang berfungsi antara lain memberikan ketenangan dan kemantapan kepada manusia khususnya para ilmuwan. Karena itu, "permohonan kepada Yang Maha Esa merupakan pertanda kemajuan pemikiran manusia dalam memahami tata kerja alam raya ini."
Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri cemas dan mengharap. Ia selalu membutuhkan sandaran, lebih-lebih pada saat-saat ia merasakan kecemasan atau mendambakan harapan. Kenyataan sehari-hari membuktikan bahwa bersandar kepada makhluk, betapapun kuat dan berkuasanya, sering kali tidak membuahkan hasil. Yang mampu memberi hasil hanyalah Tuhan semata.
Yang kamu seru selain Allah tidak memiliki apa- apa walau setipis kulit ari sekalipun. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tidak mendengar permintaanmu dan kalau pun mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan (QS Fathir [35]: 13-14).
Disadur dari buku Haji Bersama M. Quraish Shihab, Penerbit Mizan.
No comments:
Post a Comment
BUDAYAKANLAH UNTUK MENULIS KOMENTAR