ABOUT ISLAM

MUSLIMAH

FILM ISLAMI



KITA tentu pernah mendengar Nabi Muhammad SAW berkata tentang zaman yang paling ideal, terbaik. Zaman yang dimaksud beliau tidak lain adalah zaman di mana beliau hidup (khairul quruni qarni). Di zaman itulah, lahir generasi sahabat yang luar biasa. Mereka mencintai Allah SWT dan mencintai Rasulullah SAW. Begitu juga dengan Allah SWT dan Rasulullah-Nya juga mencintai mereka. Hidup mereka selalu dalam keberkahan dan keridhoaan Allah SWT.

Tidak hanya itu, hidup mereka juga dipersembahkan untuk Islam. Tak ada waktu sisa untuk Islam. Tak ada harta sisa untuk Islam. Tak ada darah yang menetes sisa untuk Islam. Semuanya dipersembahkan untuk Islam. Bagi mereka, Islam nomor wahid. Dunia dijadikan sebagai sarana (wasilah) untuk akhirat. Meski tidak mengesampingkan dunia, tapi dunia diletakan di tangan, bukan di hati.

Konsekwensi keberIslaman mereka diuji. Saat permulaan dakwah di Makkah mereka mendapat perlakuan sangat buruk dari kafir Quraisy. Mereka diintimidasi, disiksa, diembargo, bahkan tak sedikit yang dibunuh. Namun, karena kecintaan mereka pada Islam, ujian itu tak lebih seperti pemanis hidup. Indah dikecap. Nikmat dijalani. Berbuah surga.

Dalam buku “Sahabat Remaja Nabi” yang ditulis Fathi Fawzi Abd al – Mu’thi ini, setidaknya ada 18 sosok remaja yang pernah berinteraksi dengan Nabi Muhammad SAW. Ke-18 remaja tadi bukan sosok sembarangan. Semuanya memiliki kelebihan dan prestasi spektakuler dalam memperjuangkan Islam. Mereka juga memiliki keahlian di bidang masing-masing. Ada yang ahli perang, pakar hukum, pakar al Quran, pakar hadist, dan lain sebagainya. Ada juga yang menguasai semuanya.

Keberhasilan ke-18 remaja yang tidak lain partner berjuang Rasulullah SAW dalam menegakkan kalimat Allah di bumi ini tentu tidak bisa dilepaskan dari peran Nabi Muhammad SAW. Peran Rasulullah SAW dalam men-tarbiyahi mereka membuat mereka lahir sebagai sosok yang alim, berjiwa pejuang, dan ahli ibadah. Interaksi Rasulullah yang sarat dengan transformasi nilai ilahiyah yang membentuk pribadi qurani dan rabbani.

Seperti sahabat Ali ibnu Abi Thalib. Ia sosok sahabat multitalent yang dilahirkan berkat didikan Nabi Muhammad. Masa kecil sahabat yang juga kesatria perang ini banyak dihabiskan bersama Nabi. Ia banyak terinpirasi dan ter-sibhgoh (terwarnai) cara dan pola hidup Rasulullah. Tak heran bila Ali besar sebagai pembela Islam yang tangguh. Di berbagai kesempatan ia selalu tampil ke gelanggang membela Rasulullah, baik dengan ilmunya, pedangnya, dan nyawanya.

Dalam buku setebal 383 halaman itu dijelaskan, betapa beraninya Ali ibnu Abi Thalib ketika menggantikan Rasulullah tidur di tempat tidur beliau saat hendak dibunuh kafir Quraisy. Ketika itu Rasulullah dan Abu Bakar meninggalkan rumah dan menuju ke Yastrib (Makkah). Namun, Ali tidak takut andai segerombolan kafir Quraisy yang telah di luar rumah Rasulullah dengan senjata terhunus siap menduga jika ia adalah Rasulullah dan dibunuhnya kapanpun saja. Meski masih muda, Ali tidak gentar sedikitpun.

Tidak di situ saja keberanian Ali. Pada saat Perang Ahzab (Khandaq) -- saat kaum Quraisy bersengkongkol dengan kelompok Ghathafan, Fazarah, dan Yahudi untuk membantai Madinah, khususnya Rasulullah – Amr ibnu Wud, salah satu berkuda Quraisy berteriak, “Siapa berani duel denganku?” Ali Ibnu Abi Thalib langsung meloncat. Tahu Ali yang loncat, Amr kaget takut kalah denganya.

“Aku tak butuh bertarung denganmu. Ayahmu adalah sahabatku, dan aku tak ingin menumpahkan darahmu.”

Ali tetap ngotot. Ia acungkan dan lambai-lambaikan pedangnya sembari berteriak, “Tetapi aku ingin bertarung denganmu dan menumpahkan darahmu.”

Terjadilah pertarungan. Amr dengan gesitnya mengayunkan pedangnya ke arah Ali. Tapi Ali dengan sigap memukul telak pas di kepalanya hingga Amr jatuh ke tanah.

Itulah sosok Ali ibnu Abi Thalib, remaja hasil didikan madrasah Rasulullah. Out put-nya tidak diragukan lagi dalam perjuangannya untuk Islam. Kita tentu ingin kualitas umat Islam seperti para sahabat. Kita juga ingin menjadikan akhir zaman ini sebagai zaman terbaik, seperti saat itu. Tapi, apa boleh buat, Rasulullah tidak ada di tengah-tengah kita.

Meski begitu, kita dilarang pesimis. Setidaknya, meski kita tidak bisa belajar langsung face to face dangan Rasulullah, tapi kita bisa belajar dari sunnahnya, dari sejarahnya, dan tentunya, salah satunya dari buku ini

sumber : www.hidayatullah.com

No comments:

Post a Comment

BUDAYAKANLAH UNTUK MENULIS KOMENTAR